Bedah caesar adalah salah satu pilihan metode persalinan yang dapat
menimbulkan risiko, baik bagi ibu maupun bayi. Namun tak sedikit yang
masih berasumsi bahwa metode ini aman dan tidak akan memicu risiko
kesehatan khususnya bagi bayi.
Sebuah riset terbaru
mengungkapkan bahwa bedah caesar tetaplah merupakan suatu prosedur
persalinan yang sangat berisiko khususnya bayi. Bahkan bedah caesar
juga dinilai tidak banyak menolong bayi prematur yang tergolong small for gestational age (SGA)
atau ukuran dan bobot badannya di bawah rata-rata. Penelitian di
Amerika Serikat mengatakan bahwa bayi SGA yang dilahirkan melalui proses
persalinan caesar mencatat kasus yang lebih tinggi sindrom gangguan
pernafasan ketimbang bayi prematur yang lahir melalui vagina (normal).
Wakil
direktur medis lembaga advokasi March of Dimes, Diane Ashton, MD, MPH,
menyatakan temuan ini membalikkan kepercayaan selama ini bahwa
persalinan caesar memiliki sedikit risiko atau bahkan tak menimbulkan
risiko bagi kesehatan bayi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
misi March of Dimes yang mendesak para tenaga medis untuk mengakhiri
praktik persalinan yang tak perlu sebelum usia kehamilan mencapai 39
minggu.
"Meskipun dalam banyak contoh, operasi caesar secara medis
diperlukan untuk kesehatan bayi atau ibu, penelitian ini menunjukkan
bahwa dalam beberapa kasus cara ini tidak bermanfaat untuk beberapa
bayi," kata Ashton.
Riset yang dipublikasikan dalam 32nd Annual
Society for Maternal-Fetal Medicine Meeting, The Pregnancy Meeting ini
dipimpin oleh Erika Werner F., MD, MS, asisten profesor Maternal Fetal
Medicine di Johns Hopkins School of Medicine, yang bekerjasama dengan
Heather S. Lipkind, MD, MS, asisten profesor Maternal Fetal Medicine di
Yale School of Medicine.
Dalam risetnya, peneliti melakukan review
akte kelahiran sebanyak 2.560 bayi dengan ukuran dan berat badan kecil
yang lahir secara prematur. Proses persalinan secara caesar umumnya
dilakukan pada bayi-bayi yang didiagnosis mengalami hambatan pertumbuhan
intrauterin yang tidak berkembang secara normal di dalam rahim.
Dr
Werner dan timnya menemukan bahwa bayi yang menjalani operasi caesar
saat usia kehamilan belum memasuki 34 minggu memiliki kemungkinan risiko
30 persen lebih tinggi mengalami sindrom gangguan pernafasan ketimbang
bayi yang lahir melalui vagina pada usia kehamilan yang sama.
Tingginya
angka kelahir prematur (sebelum 37 minggu), masih menjadi masalah
kesehatan yang cukup serius dan menelan biaya sangat besar di Amerika
Serikat, lebih dari 26 miliar Dollar AS per tahun, menurut laporan Institute of Medicine 2006.
Ini adalah penyebab utama kematian bayi baru lahir, dan satu juta bayi
di seluruh dunia meninggal setiap tahun sebagai akibat lahir secara
prematur.
Sementara pada bayi yang mampu bertahan hidup, umumnya
sering menghadapi masalah kesehatan seumur hidup, seperti masalah
pernapasan, cerebral palsy, ketidakmampuan belajar dan lainnya.
Para
peneliti dari The March of Dimes mengatakan, jika kondisi kehamilan
sehat dan tidak ada komplikasi yang mengharuskan lahir lebih awal,
wanita harus menunggu sampai waktu persalinan itu tiba dengan
sendirinya, atau setidaknya sampai usia kehamilan memasuki 39 minggu.
Mengapa?
peneliti berangapan bahwa banyak organ penting bayi, seperti otak dan
paru-paru, yang belum sepenuhnya berkembang sempurna pada usia kehamilan
dibawah 39 minggu.
disadur dari health dot kompas dot com